A Complicated Life #CHAPTER 1

Image

“A Complicated Life #CHAPTER 1”


Tittle : A Complicated Life

Subtittle : Chapter 1

Length : Chaptered/Series

Author : @ohohmr

Story Idea : @romanaulidebora ( exomoons )

Photo Edited : @romanaulidebora ( exomoons )

Character Namja :

→ Byun Baekhyun EXO as [Baekhyun] ←
→ Kim Jongin EXO as [Kai] ←
→ Lee Jaehwan VIXX as [Ken] ←

Character Yeoja :

→ Kim Tae Yeon SNSD as [Tae Yeon] ←
→ Lee Ahreum ex T-ARA as [Ahreum] ←

Rating : PG-15
Genre : Romance, AU

WARNING!!! I hate Plagiarism. DO NOT COPY, PLEASE! Don’t be a silent reader, okay 😀

Synopsis : → “Kau dipecat”. Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Shin Won-soo, CEO Loen Entertainment. Kehidupan selalu berputar, kadang orang-orang yang diatas bisa turun kasta, dan hal itu dapat membuat orang tersebut menjadi bukan siapa-siapa. Hal itulah yang saat ini dialami Ahreum. Bagi banyak orang uang membawa kebahagiaan, dari manapun dan dengan cara apapun uang itu didapatkan. Tapi bagi Ahreum uang hanya membawa nyeri, nyeri yang teramat menyakitkan. Ahreum hanyalah gadis polos dan lembut, bukan berarti dia tidak bisa marah. Untuk apa terus melanjutkan pekerjaannya sebagai member T-ara, jika tiap hari ia harus menelan rasa kesal akibat pembullyan dirinya oleh member T-ara lainnya? Tak ada gunanya! Ahreum bersyukur Shin Won-soo memecatnya. Memang dari dulu ia sangat ingin mengundurkan diri dari T-ara, tapi apa daya, member T-ara lainnya tidak memperbolehkannya. Mereka takut Ahreum akan membocorkan rahasia perihal pembullyan dirinya kepada media


≈A Complicated Life #CHAPTER 1≈

.

.

.

.

.

.

Sinar matahari pagi menyeruak masuk ke dalam sebuah kamar bernuansa pink, membangunkan pemilik kamar yang sedari tadi sedang asyik terlelap dalam tidurnya. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan mata bulatnya, ia masih setengah sadar. Nyawanya belum terisi penuh. Mata bulatnya itu kembali tertutup secara perlahan.
“Ciap.. ciap..” suara burung berkicau. Burung-burung kecil itu hinggap di jendela kamar Ahreum. Samar-samar dia mendengar suara itu, dengan gerakan refleks Ahreum mencari asal suara tersebut.
“Ah, burung-burung kecil.. kalian mengagetkanku.” Ujar Ahreum lembut. Burung-burung kecil itu seperti tahu apa yang Ahreum katakan, mereka pun kembali berkicau. Ahreum terkekeh pelan, “Selamat pagi juga.”
Ya, Ahreum mempunyai banyak kelebihan. Selain pintar menari, menyanyi dan nge-rapp. Ahreum juga mempunyai bakat lain, yaitu membaca insting binatang. Walau ia terlihat polos, tak dipungkiri bahwa kepolosannya itu membuat banyak orang terkaget-kaget akan bakat tersimpannya. Saat Ahreum di perkenalkan kepada publik sebagai member T-ara, banyak tetangga serta temannya— bahkan keluarga besarnya sendiri— tercengang dan kaget luar biasa. Mereka tidak menyangka gadis sepolos itu bisa menjadi bintang beken yang sudah sampai kepada batas ketenaran, yaitu mendunia, bukan hanya terkenal di Korea Selatan saja.
.

.

.

.
Ahreum duduk di atas kasurnya sambil menggenggam selimut yang saat ini menutupi setengah tubuhnya. Saat ia baru saja akan bergegas untuk berdiri dari kasurnya, tiba-tiba sebuah kepala menyembul keluar dari dalam selimut.
“Omo!!!” teriak Ahreum begitu melihat penampakan itu.
Kepala itu sedang mendongak-dongak mencari suara teriakan yang sudah membuatnya terbangun— lebih tepatnya merusak paginya yang berharga— dan yang lebih tepatnya lagi adalah merusak waktu istirahat singkat yang ia miliki. “Wae?” tanya suara itu— jengkel— ketika mendapati orang di belakangnya yang saat ini dalam keadaan shock.
“Yaaaa, Oppa!! Kenapa kau tidur di kamarku lagi?” rengek Ahreum.
“Aku kesusahan mencari kamarku tadi malam, Ahreum-ah.” Ujar Ken sambil membalikkan posisi tidurnya, kini tubuhnya sudah menghadap kearah Ahreum.
Dasar bodoh, memang dia kira sudah berapa lama dia tinggal di rumah ini? Alasannya sangat tidak rasional. Kenapa dia harus kesusahan mencari kamarnya sendiri, sedangkan ia hidup di rumah ini sudah sejak kecil, umpat Ahreum dalam hati.
Ahreum mengendus-enduskan hidung mancungnya di sekitar tubuh Ken. “Omo, Oppa! Apa semalam kau habis minum-minum?”
“Ya, semalam aku merayakan keberhasilan comebacknya boybandku.” Jelas Ken. “Album ETERNITY kami sudah terjual lebih dari 370 ribu copy dalam 3 hari ini.” Sambungnya.
Setelah megucapkan kata-kata itu, Ken kembali tertidur.
.

.

.

.
Appa kandung Ahreum meninggal 6 tahun lalu akibat kanker otak yang di deritanya sudah sampai pada stadium 3. Ahreum sangat terpukul mengetahui hal itu, Appanya tidak pernah sekalipun memberitahukan Ahreum perihal penyakit tersebut selama 5 tahun ia mengidapnya di dalam tubuh— begitu juga dengan Eomma Ahreum yang sama sekali tidak mengetahui jika Suaminya merahasiakan hal yang fatal seperti itu. Dan pada akhirnya Eomma Ahreum menikahi Jaesung, yang saat itu menjadi duda akibat perceraian. Ia memiliki satu anak dari buah pernikahannya dulu dengan Istri pertamanya. Anak Jaesung adalah Ken, yang saat ini menjadi Oppa tiri Ahreum.
.

.

.

.

“Aisshh!! Aku sudah tidak kuat lagi mencium aroma busuk ini.” Gumam Ahreum— kesal— sambil mengibas-ngibaskan bau alkohol yang lewat di depan hidungnya.
Dengan seluruh kekuatannya, Ahreum— BRUKKK!!— mendorong tubuh Ken hingga terjatuh ke lantai.
“Awww!!!!” seru Ken kesakitan.
Ahreum tidak tahu bagian tubuh Ken mana yang terbentur lantai.
Apa aku medorongnya terlalu kuat? Omo, omo! Apa Oppa baik-baik saja di bawah sana? Ahreum bertanya-tanya dalam hati, seketika itu juga tubuhnya menegang. Ahreum berjalan dengan cara merangkak di atas tempat tidur, kekhawatiran memenuhi tiap langkah lututnya.
Saat Ahreum sampai di ujung tempat tidur, ia menengkurapkan tubuhnya.
“Oppa, gwenchana?” tanya Ahreum— khawatir.
“Ah, appo!” pekik Ken sambil memegangi kaki kirinya.
Ahreum melompat turun dari kasur secepat kilat dan langsung menghampiri Ken yang tergeletak melintang di lantai.
“Oh tidak, Oppa!” Ahreum memegang kaki kiri Ken.
“Wae?” tanya Ken seketika berhenti meringis kesakitan. Kontan ia menatap Ahreum dengan panik.
“Apa kau masih merasakan kakimu?” tanya Ahreum dengan polosnya.
“Micheoso (Apa kau sudah gila)?! Kau sedang menyumpahiku ya? Tentu saja aku masih bisa merasakannya!”
“Anni,” Ahreum menggelengkan kepalanya. “Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyumpahimu. Aku bertanya seperti itu karena aku khawatir jika terjadi hal yang membahayakan dirimu.” Ujarnya— jujur. Setelah otaknya berputar untuk mengingat sesuatu yang dikatakan oleh Ken sebelumnya, Ahreum merasakan panas pada wajahnya. “Kau ini! Sudah cedera masih saja marah-marah dan mengataiku gila. Sudahlah, aku tidak mau menolong orang sepertimu.” Ahreum berdiri dan bergegas meninggalkan Ken.
Belum juga Ahreum berdiri, tiba-tiba Ken menarik roknya, mengisyaratkan agar Ahreum jangan pergi meninggalkannya. Respon pertama yang di dapatkan oleh Ken adalah ‘Ahreum membuang mukanya jauh-jauh dari pandangan Ken, sambil memanyunkan bibir’.
Ken menarik rok Ahreum untuk kedua kalinya.
Ahreum masih ‘stay’ pada posisi awal.
Setelah mencoba berulang-ulang kali dan ternyata usahanya tak kunjung di hiraukan oleh Ahreum, akhirnya Ken menyerah juga. “Aku sudah tidak punya kekuatan lagi. Kaki kiriku cedera, aku tidak mau jika tanganku juga ikut cedera hanya karena terus-terusan menarik rokmu.”
Dengan sedikit terkekeh Ahreum membungkukkan setengah badannya sambil mengulurkan tangan kanannya untuk membantu Ken berdiri. “Kajja, Oppa.”
“Hmm..” Ken mengusap-usap dagunya dengan jemarinya. “Oke!” ia masih sempat saja mengacungkan jempolnya. Dan setelah itu, ia menguluran tangannya juga lalu menggenggam erat telapak tangan Ahreum.
.

.

.

.
Ahreum segera mandi setelah mengantarkan Ken ke kamarnya— yang berada berseberangan dengan kamar Ahreum. Cukup berat memang mengurus Ken, yang notabene selalu menyusahkan Ahreum setiap waktu.

           “Kau ini harus siap mengurus Oppamu, kau tahu sendiri ‘kan kalau dia sangat senang memiliki Adik perempuan sepertimu. Bahagiakanlah Oppamu itu.” Nasihat Eomma dulu, saat Ahreum sudah tak kuat lagi menerima perlakuan tidak senonoh yang di tujukan Ken kepadanya.

“Selalu saja seperti ini!” umpat Ahreum— kesal— pada objek mati di hadapannya, yaitu cermin. “Mungkin sudah takdirku untuk menerima semua ini. Andai saja Appa masih ada—” ia tak melanjutkan perkataannya.
Tak ada kata yang keluar dari mulut Ahreum lagi, tapi ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang bersedih, pikirannya menerobos kembali ke masa lalu.
           “Eomma, wae?!!! Appa tidak salah apa-apa.” seru seorang gadis kecil yang baru saja menginjak umur 13 tahun itu. Ia menangis meraung-raung di pelukan Eommanya. Merasa tidak terima dengan keputusan yang di berikan Tuhan kepadanya, ia membangkang dan melawan— meminta kembali hal yang tak mungkin kembali lagi. Sang Eomma mengelus lembut rambut anak semata wayangnya itu sambil menangis sedih.
           “Appa… andwae!” seru gadis kecil itu lagi.
           “Ahreum-ah, maafkanlah Appamu itu.” Pinta sang Eomma. Ia memegang wajah anaknya itu dengan kedua tangannya. “Maafkanlah dia,” gadis kecil itu menutup matanya, ia menangis— air mata yang bercampur dengan keringatnya mengalir deras membasahi pipi.
           “Eomma..” ucap gadis kecil itu dengan suara yang bergetar. “Dimanakah Tuhan di saat Appa seperti ini?! Dimana dia?! Kenapa dia tidak menolong Appa?! Wae?!!” gadis kecil itu keliru dengan perkataannya.
           “Kenapa kau bertanya seperti itu? Kau tahu, saat ini Tuhan sedang duduk manis di sebelah Appa dan ikut menangis bersama-sama dengan kita. Sudahlah, jangan menangis lagi, uri Ahreum.” Bujuk Sang Eomma. Ia menggenggam tangan anak itu lalu membawanya ke suatu tempat, sebuah ruangan tertutup— tempat abu Sang Appa di semayamkan.

Tak terasa air mata jatuh dari pelupuk mata Ahreum, mengalir melewati pipi dan jatuh membasahi bajunya.
“Oh tidak, apa yang baru saja aku pikirkan.” Ujar Ahreum pada dirnya sendiri, sambil mengusap sisa air mata yang membasahi pipinya. “Aku sudah terlambat!”
.

.

.

.
“Ayolah, cepat!” Ahreum berlari di koridor gedung SM Entertainment.
Setelah ia di pecat oleh CEO Loen Entertainment, akhirnya Ahreum mendapatkan pekerjaan barunya— sebagai make up artist. Menakjubkan, bukan? Ia mendapatkan pekerjaan itu berkat bantuan Sang Oppa, Ken.
Mata Ahreum terus menatap gelisah ke jam tangan miliknya. Sudah tak terhitung seberapa banyak ia melihat jam itu selama perjalanannya ke ruang kerjanya— yang sialnya berada di lantai 57. Dengan tak sabar ia berdiri di lift sambil menghentak-hentakkan kaki kanannya ke permukaan lift.
55
56
TING TONGG!!! Yap, lantai 57.
Ahreum segera menyusuri kerumunan orang yang hendak keluar dari lift. Masa bodo dengan orang-orang itu, pikirnya dalam hati. Akhirnya ia bisa terbebas dari kerumunan orang itu, mereka sangat kesal dengan ulah Ahreum tadi. Untung saja saat ini Ahreum memakai topi, jika tidak— maka nama baiknya sebagai ex member T-ara benar-benar akan tercoreng dan bahkan musnah.
Dengan seluruh kekuatannya ia berlari hampir menandingi kecepatan angin di sekitar lorong yang jarang di lewati orang. Ia sengaja lewat di jalan ini karena tidak ingin berurusan dengan kemacetan lautan manusia yang lalu lalang jika ia melewati lorong utama. Bisa di bilang jalan yang saat ini di lewati Ahreum adalah akses cepat menuju ruang make up artist— sebenarnya hanya orang-orang tertentu yang boleh melewati jalan ini, tapi saat ini Ahreum sedang dalam keadaan terdesak.
BRUKKK!!!
Tubuh Ahreum terpental beberapa meter sesaat setelah dirinya menabrak seorang laki-laki yang saat ini berjalan berlawanan arah. Laki-laki itu jatuh terduduk di lantai, tubuhnya sangat kuat sedangkan tubuh Ahreum sangat kecil dan enteng— kontan saja tubuh mungilnya itu bisa terpental jauh dari lokasi insiden penabrakan terjadi.
Ahreum memegangi kepalanya yang tadi tidak sengaja berciuman dengan tembok saat dirinya terpental. “Ah, appo!” keluh Ahreum. Saat ia sedang sibuk dengan dirinya sendiri, ia tak tahu bahwa kedua mata milik laki-laki yang menabraknya tadi memandang kaget kearahnya— tepatnya ke bagian bawah tubuh Ahreum yang saat ini terbuka dengan bebas.
“Aigoo! Kenapa aku sial sekali!” refleks tangannya memukul bagian kepalanya yang terbentur tadi. “Aww!!” seru Ahreum kesakitan.
“Hahaha..” tawa laki-laki di depannya.
Apanya yang lucu? Gumam Ahreum dalam hati.
“Waaahh, jinjja. Bisa-bisanya kau tertawa di atas penderitaan orang lain.” Ujar Ahreum— kesal. Ia berdiri sambil mengebas-ngebaskan roknya.
“Aku menertawaimu bukan karena kedahsyatanmu saat terpental jauh barusan.” Koreksi laki-laki itu sambil berusaha mengontrol dirinya agar tidak tertawa.
“Lalu apa?” desak Ahreum.
“Kau tahu, aku tidak suka rilakuma.” Ujar laki-laki itu, lalu pergi meninggalkan Ahreum yang terdiam karena memikirkan perkataan laki-laki tadi.
Ahreum tidak mengerti apa maksudnya, tapi ketika laki-laki itu sudah hilang dari penglihatannya— barulah ia tersadar.
“TIDAK!!!” jerit Ahreum.
Laki-laki tadi memang sudah hilang dari pandangan Ahreum, tapi dia tidak benar-benar meninggalkan Ahreum. Saat laki-laki itu berbelok, ia berhenti sejenak— menunggu sesuatu yang di perkirakannya terjadi. Dan setelah mendengar jeritan Ahreum, ia kembali tertawa. Kedua pundaknya beguncang hebat, “Dasar gadis polos. Menarik juga.” dengan langkah-langkah panjang ia berjalan ke sebuah ruangan— EXO ROOM

.

.

.

.

.
to be continue…

.

.

.

P. S : [Gimana, bagus gak? kalo bagus gw lanjutin lagi. tergantung pembaca sih. wkwk.. semoga aja kalian suka. dan satu lagi, dont be a silent reader, okay :D]

4 thoughts on “A Complicated Life #CHAPTER 1

Leave a comment