Tell Me What To Do

SHINee_1478997036_CxGhSBxVEAQDQQf.jpg

무엇을 해야할지 말해줘.

Cast : Minho x You ▲ Genre : Romance, Sad(?), Angst(?), Friendship ▲ Length : Oneshoot ▲ Rating : PG ▲

Author : @ohohmr ▲

Soundtrack : Shinee — by Kim Jonghyun — “Symptoms”

Summary :

“It’s a fascinating—no, somewhat a strange thing
It might be a sickness
My whole body loses energy
I can’t control it

These ugly symptoms
Appeared after meeting you”

Namja berparas rupawan—yang duduk di bangku terbelakang—sembari mengisap intens vape itu adalah sahabatku. Karena memiliki kesamaan yang banyak, kami memutuskan untuk menjalin hubungan persahabatan. Realitanya, perbedaan pasti selalu hadir di antara kami, entah itu dalam segi fisik dan perilaku. Kalau bicara soal fisik, dia menang telak. Tingginya yang menjulang seperti raksasa Troll itu membuatku tidak terlalu pede bersanding dengannya. Jujur saja… aku ini pendek, jelek, kumal, kerempeng, dan memiliki papan gilasan di areal dada. Yeah, tolong jangan menertawakanku bila berpapasan di jalan atau di mana pun. Tolong!

Oh iya, aku lupa menyebutkan nama temanku itu. Dia—Choi Minho—umurnya 17 tahun, 2 tahun lebih tua dariku. Minho betah duduk di bangku SMA. Buktinya 2 tahun sudah ia mengulang, alias tidak naik kelas. Sedangkan aku? Kalian tidak mau bertanya kenapa umurku 15 tahun dan saat ini duduk di bangku SMA tingkat akhir? Baiklah, baiklah, aku akan menjawab pertanyaanku sendiri. Otakku terlalu encer dan sekolah menyetujui surat akselerasi yang orangtuaku ajukan. Aku sudah melalui tes dan—yeap—berhasil!

Yaaa!”

Sudah dulu ya, Minho memanggilku. Jarak tempat dudukku dengannya ‘sungguh amat’ jauh. Aku manusia terdepan dan dia terbelakang. Masalahnya adalah, kelas kami besar dan jumlah murid di sini terlampau banyak—sekitar 70 siswa. Dan… ukuran ruangan kelasku berkisar 50m x 40m. Luas sekali, kan? ARGH!!! Hari ini sudah 5 kali aku singgah ke bangkunya, dan hal itu benar-benar ampuh meloyokan kakiku—yang merupakan aset pribadi paling berharga untukku.

Aku beranjak dari kursiku, “Mwo?!” tanyaku antara kesal dan capek begitu sampai di sana.

“Tidak, hanya ingin memanggilmu saja.” jawabnya santai, kemudian kembali mengisap vape rasa melonnya itu. Ia mengangkat ujung bibirnya seraya melambaikan tangannya tepat di depan wajahku. “Sana pergi.”

Genggaman tanganku mengerat, sampai-sampai telapak tanganku tercabik oleh kukuku sendiri. Persetan kau, Choi Minho! Karena tak ingin membuat keributan, aku memutuskan untuk bungkam dan tersenyum paksa.

Hal seperti ini sering terjadi, tetapi aku tetap saja gampang dibodohi olehnya.

Tanganku terasa gatal, kedua bagian tubuhku itu sudah tak tahan ingin menghajar wajah jahil sok rupawan itu! Sial, tapi dia memang benar-benar ganteng, apalagi jika tersenyum. Ahhh, lesung pipinya lucuuu.

Ey, hentikan, neo pabo-ya! Aku memukul kepalaku, berusaha menyadarkan kalau aku masih marah padanya soal tadi.

…freeze armour down na na na na na na na~ Chained up! Chained up! To~

SMS masuk.

From : Mihonggo

Mianhae kkkkk~

*Note : Mihonggo plesetan dari ‘Nihonggo’ yang artinya bahasa Jepang*

Aku menoleh ke belakang, di saat yang sama Minho menatapku dan mengisyaratkan untuk membalas SMS-nya.

Dengan perasaan yang masih dongkol, aku menggeleng. Detik berikutnya kulayangkan jari tengah padanya seraya tersenyum penuh kemenangan. Hehe…

Matanya membesar sedangkan mulutnya mengeluarkan umpatan-umpatan khasnya.

Yaa, Anak Kecil! Kurang ajar sekali kau…” bla bla bla~ Aku tidak ingin mendengarnya lagi. Fyi, tidak ada seorang pun yang dapat menghentikan Minho. Di sini yang berkuasa bukan ketua kelas, tetapi ‘orang tua’ seperti Minho-lah yang paling ditakuti. Jadi, semua yang ia lakukan—entah itu baik atau buruk, keseringan sih buruk—tak akan ada yang berani melarangnya.

Bel istirahat berbunyi dan aku segera bergegas ke toilet putri. Perutku terasa melilit, sepertinya penyakit maag-ku kambuh.

⇔⇔⇔

Aku memuntahkan seluruh isi perutku di westafel toilet. Untung saja tempat ini sepi, maka tidak akan ada yang merasa jijik melihatku seperti ini.

⇔⇔⇔

Yaa!” teriak seseorang tepat setelah aku keluar dari kamar mandi.

Omo! Kau mengagetkanku.” usai mendapat shock theraphy darinya, perutku kembali bergejolak. Aku berlari ke dalam kamar mandi dan muntah.

Yaneo gwaencana?” ujarnya panik sambil menepuk-nepuk punggungku.

Aku menatapnya lewat cermin, wajah tampannya itu terlihat jelek sekali jika sedang khawatir.

Yaaaa! Ini toilet perempuan, laki-laki tidak boleh masuk.” ungkapku lemah. “Aku tidak mau ada asumsi buruk tentangmu. Keluarlah.”

Minho bergeming sesaat, “Kau tidak apa-apa, kan? Mana lagi yang sakit? Di sini? Atau di sini?” ia menyentuh perutku serta kepalaku. “Cepat jawab! Kenapa kau diam saja!?”

Aku tersenyum lembut, “Terima kasih atas perhatiannya, Minho-ya. Aku sudah tidak sakit lagi.”

Jinjja?”

“Mm.”

“Baiklah, aku tunggu di luar.” dia beranjak pergi.

Tapi… ada yang aneh. Tadi aku mendengar suara ponsel, apa hanya halusinasi saja? Ah, sudahlah.

⇔⇔⇔

 Keesokan harinya…

“Woahhh, jinjja!!”

“Mereka gila!”

Omona, tidak bisa dipercaya!”

AndwaeOppa-yaaaaa!!”

Seluruh isi kelas gempar. Mereka terpaku pada ponsel masing-masing.

GOSIP TERHANGAT!!!

CHOI MINHO MURID 3-2 MENGHAMILI SISWI SEKELASNYA.

INI BUKTI FOTO KEDEKATAN KEDUANYA :

 440e41dd663264c5340a9d1eb13ac2e3

MEREKA TERLIHAT SEDANG BERDUAAN DI KAMAR MANDI PUTRI.

SI PEREMPUAN MUNTAH (MUNGKIN KARENA BAWAAN HAMIL) DAN MINHO MEMBANTUNYA.

TTBY08-00473.jpg

Sarang—teman sebangkuku—mengirimkan sesuatu di Line.

Entahlah, sejak kemarin ponselku mati karena ingin fokus belajar. Seminggu lagi UAS semester genap. Baru pagi ini aku menyalakan ponsel dan tidak memiliki firasat apa-apa ketika hendak membuka pesan Sarang. Ngomong-ngomong hari ini dia tidak masuk, katanya sakit. Ternyata dia bisa sakit juga ya, haha…

Kim Sarang [08.50 AM]

Yaaa, ke mana saja kau? Sejak kemarin aku menelponmu, tapi tidak tersambung. Pasti kau sedang belajar, dasar maniak! 

Me [08.52 AM]

Ada apa? Sesuatu terjadi? –read

Kim Sarang [08.53 AM]

Cepat cek grup sekolah!!! Ini penting. Sudah dulu, ibuku memanggil.

⇔⇔⇔

Segera setelah itu, aku memeriksa grup angkatan. Dan… seketika itu juga aku mengerti arti tatapan teman-teman sekelas yang tertuju padaku dan Minho.

From : Mihonggo

Kau baik-baik saja? Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan.

SMS masuk dari Minho.

To : Mihonggo

Aku tidak baik. Mulai sekarang, jangan berada didekatku lagi.

SMS terkirim.

⇔⇔⇔

Aku marah, pada semua orang yang mencemoohku. Maaf, logikaku sedang tidak berfungsi sekarang, karena perasaanlah yang mendominasiku. Rasanya sakit sekali dikatai pelacur murahan, merebut idola orang, dan semua omongan busuk orang-orang sekitarsemua itu berhasil menggoyahkan pertahananku.

Hembusan angin di atap sekolah adalah pilihan yang tepat untuk menjernihkan pikiran.

“Aku menyukaimu, Choi Minho.” ungkapku lirih.

“Ini adalah sesuatu yang menarik—bukan—sesuatu yang aneh. Mungkin suatu penyakit? Seluruh tubuhku kehilangan energi, aku tidak dapat mengendalikannya. Gejala jelek ini muncul setelah bertemu denganmu.”

⇔⇔⇔

“KATAKAN SIAPA YANG BERANI MENYEBARKAN FITNAH INI!?” Minho mengamuk di kelas. “SIAPA!!!?” ia menggebrak meja, suara bass-nya menggaung marah.

“Begini, Minho-ya, pagi tadi orang pertama yang menyebarkan postingan ini adalah Kim Sarang. Kami sama sekali tidak ikut andil di dalamnya.” yeoja berambut kepang dua di sebelah Minho angkat bicara. “Datang saja ke rumahnya. Pasti dia dalangnya, lihatlah pengecut itu tidak masuk! Sialan, gara-gara dia kami semua kena semprot. Enak saja dia!” serunya berapi-api.

Minho memakai jaketnya dan bergegas ke tempat parkir.

⇔⇔⇔

“Aakkhh…!!” jeritku. Perutku mulai terasa nyeri. Aku lupa sudah melewati jam makan siang.

Sebenarnya bukan maag biasa yang kuidap, melainkan Gastroparesis. Semacam kelumpuhan parsial pada perut. Sudah kronis. Aku lupa membawa obatku.

Eomma……” lirihku sambil menangis. “MianhaeEomma…. sakit sekali…..”

“Aku masih ingin melihat wajahnya…. aaaa… appo!”

⇔⇔⇔

Setengah jam kemudian…

Seseorang membuka pintu di sebelahku dengan kasar. Mataku menangkap dua subjek—tidak jelas—karena tertutupi oleh air mata.

“Temanmu yang menyebarkan postingan itu!”

Suara Minho.

“Maafkan aku…”

Suara Sarang yang menangis.

Aku mengerjap lemah, bibirku terkatup rapat.

“Aku memang jahat, aku pantas dihukum!”

Minho mendorong Sarang hingga tersungkur di hadapanku. “Minta maaf dengan benar!”

“Aku salah, maafkan aku.”

Aku menepuk pundak Sarang pelan dan tersenyum kecil. Di saat seperti ini bahasa isyarat yang kami berdua pelajari selama ini pada akhirnya berguna juga.

A-K-U      M-E-M-A-A-F-K-A-N-M-U 

“A-ada yang tidak beres, Minho-ya.” Sarang yang lebih dulu menyadarkan ada yang salah denganku. “Oh tidak, penyakitnya kambuh! Aku akan menagmbilkan obatnya, tolong jaga dia.” Sarang berlari.

Minho mengusap pipiku, “Bertahanlah. Sebentar lagi Kim Sarang datang.”

Aku mengangguk. Lamat-lamat mataku tertutup.

“Jangan tertidur. Yaaaa!” serunya panik.

Aku ingin menahannya lebih lama lagi, agar aku dapat melihat wajahmu itu, Minho-ya. Tapi mataku tidak bisa diajak kompromi. Haha…

Detik berikutnya mataku tertutup rapat, aliran darah di dalam tubuhku berhenti bergerak. Begitu juga dengan kerja jantung.

THE END

Kamis, 24/11/2016

tertanda, Beka a.k.a Bekiji(h)

Dedicated to Fahmadina

3 thoughts on “Tell Me What To Do

  1. dedicated to Fahmadina LoL
    ceritanya cepet amat bek:(( ngga so swit so switan dulu gitu sebelum mati:(( tapi aku seneng ko udah diperhatiin mino/?wkwk /np Symptoms/ 😍

    Liked by 2 people

  2. dedicated to Fahmadina LoL
    ceritanya cepet amat bek:(( ngga so swit so switan dulu gitu sebelum mati:(( tapi aku seneng ko udah diperhatiin mino/?wkwk /np Symptoms/ 😍

    Liked by 1 person

Leave a comment